SELAMAT DATANG
Ahlan Wa Sahlan
Diberdayakan oleh Blogger.

Hakekat Sebuah Niat

Senin, 12 September 2011


Niat dalam bahasa adalah maksud atau tujuan
Sedangkan niat dalam istilah adalah maksud untuk melakukan sesuatu yang diiringi dengan perbuatan atau tindakan. Berbeda dengan azam yaitu maksud  untuk melakukan sesutu namun tidak harus diiringi  tindakan.
Adapun  tujuan disyariatkannnya niat adalah untuk menbedakan perbuatan, mana yang ditujukan untuk ibadah dan mana yang hanya kebiasaan. Contohnya seseorang yang duduk di masjid dengan niat untuk istirahan, tentu berbeda dengan orang yang duduk di masjid dengan tujuan beriitikaf. Begitu juga seseorang yang mandi dengan niat membersihkan diri, berbeda dengan ornng yang berniat untuk ibadah. Dan yang membedakan keduannya adalah niat.
Dalam sebuah hadis nabi SAW, diriwayatkan oleh Umar bin Khotob yang berbunyi:

عن امير المؤمنين ابي حفص عمر بن الخطاب ر.ع. قال: سمعت رسول الله ص.م.يقول : انما الاعمال بالنيات وانما لكل امرئ ما نوى. فمن كانت هجرته الى الله ورسوله فهجرته الى الله و رسوله, ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها او امراة ينكحها فهجرته الى ما هاجر اليه. (رواه الشيخان )

Artinya : diriwayatkan dari amirul mu’minin Abu Hafs bin Umar bin Khotob ra berkata: aku mendengar Rosullullah SAW berkata : sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan niat seseorang tergantung apa yang diniatkannya. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rosulnya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rosulnya. Barang siapa berhijrah karena dunia yang dicarinya, atau perempuan untuk dinikahinya, maka hijrahnya tergantung apa yang dicarinya.
Dari hadis diatas dapat kita simpulkan bahwasanya niat merupakan ukuran sebuah perbuatan, apakah niatnya untuk ibadah atau selainnya, dan bila benar niatnnya maka akan benar pula amalannya atau sebaliknya.

Adapun perbuatan yang disertai niat memiliki beberapa hal sebagai berikut :
1.       Perbuatan yang dilakukan karena takut kepada Allah, ini adalah ibadahnya seorang hamba.
2.       Perbuatan yang dilakukan untuk mencari syurga dan imbalan, ini adalah ibadahnya seorang pedagang.
3.       Perbuatan yang didasara akan malu karena Allah, apakah ibadahnya diterima atau tidak, dan ini adalah ibadahnya pengabdi kepada Allah.
Sebagaimana yang dilakukan rosulullah ketika mendirikan shalat malam hingga telapakkakinya melepuh, dan bertannyalah aisyah: wahai rosulullah apakah engkau harus melalukan ini, bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu dan yang akan datang? Kata rosul: apa tidak pantas aku menjadi hamba yang suka bersyukur.

Lalu manakah yang lebih utama ibadah yang didasari dengan khouf (takut), atau yang di dasari dengan roja’ (berharap)?
Menurut Imam Al-ghozali: ibadah yang didasari akan roja’ itu lebih utama, karena dengan roja’ seorang hamba akan mendapatkan mahabbah, sedangkan khouf akan menimbulkan ketaatan.
Sebuah niat yang salah akan menimbulakan penyakit hati diantaranya riya’. Dan riya’ sendiri terbagi menjadi dua macam gambaran yaitu:
1.       Beribadah kepada Allah karena manusia.
2.       Beribadah kepada Allah karena Allah dan manusia.

Menurut As-Samarqondi rohimahulullah: amalan yang di niatkan karena Allah akan diterima, sedangakan yang diniatkan kerena manusia tidak akan diterima. Contohya seseorang yang mendirikan shalat karena Allah, namun dipanjang-panjangkan gerakannya, dibagus-baguskan bacaanya karena manusia. Maka shalatnya diterima, sedangkan gerakan dan bacaan yang di bagus-baguskan karena manusia tidak diterima.

Menurut Az-Zuddin bin Abdussalam: seseorang yang membaguskan shalatnya karena Allah dan manusia, maka tidak diterima shalatnya. Karena ada dua niat dalam satu amal.

Menurut Fadhil bin ‘Iyad: meninggalkan suatu amalan karena manusia adalah riya’, sedangkan mengerjakan amalan karena manusia adalah syirik, sedangkan ikhlas adalah yang terhindar dari dua hal tersebut. Kecuali pada yang wajib, seperti wajibnya menunaikan zakat,biladilakukan secara terang-terangan maka tidak apa-apa bahkan dianjurkan.

Al-Murzabani rohimahululllah berkata : diterimanya shalat kerena empat perkara :
1.       Hadirnya hati.
2.       Akal turut menyaksikan.
3.       Terpenuhinya rukun shalat.
4.       Dan kekhusuan anggota badan.
Barang siapa shalat tanpa hadirnya hati maka ia telah berpaling dari shalatnya. Barang siapa shalat tanpa kesaksian akal maka ia lupa dari shalatnya. Barang siapa shalat tanpa terpenuhinya rukun maka ia lalai dari shalatnya. barang siapa shalat tanpa kekhusuan angota badan maka salahlah shalatnya. Dan barang siapa yang shalat dengan empat hal ini maka sempurnalah shalatnya.

Ma’na sabda nabi SAW: sesungguhnya  nilai amalan itu tergantung pada niatnya
Yang dimaksud disini adalah amalan dalam bentuk ketaatan bukan hal yang mubah (dibolehkn).




Share this article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2010-2011 Terus Belajar All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.