SELAMAT DATANG
Ahlan Wa Sahlan
Diberdayakan oleh Blogger.

Inspirasi Kehidupan

Selasa, 03 Mei 2011

Ngabar 2005, hari itu alumni ke-39 sedang diselanggarakan, bertepatan dengan peresmian gedung olehraga dan pertemuan oleh MENPORA. Gedung yang baru beberapa bulan berdiri, lantainya saja baru kemaren sore kami (seluruh santri ) dan masyarakat bergotong royang mengecornya. Aku  ingat tanganku sedikit melepuh karena mengangkat pasir dan semen.
Tiba juga waktunya alumni ke-39 dilaksanakan, acara demi acara, pidato demi pidato telah berjalan, kini saatnya Bpk Adhiaksa Daud menyampaikan wejangannya. Aku masih ingat ada suatu kisah yang beliau sampaikan. Kisah seekor kera bersama anaknya.
Di suatu hari ada seorang pemuda gagah berani, berjalan menelusuri hutan bersama kawan-kawannya. Tak lupa mereka membawa senapan angin untuk berjaga-jaga dari gangguan binatang buas.
Di pertengahan jalan mereka melihat segerombolan kera yang asik bergelantungan di rerantingan pohon, terlihat seekor kera betina dengan kasih dan sayngnya mengendong anaknya. Selah seorang dari pemuda tersebut menginginkan anak kera yang di gendong oleh ibunya. Akhirnya mereka bersepakat untuk menembak sang ibukera sehingga anaknya dapat diambil dan dibawa pulang.
Dor… suara keras dari senapan yang meluncurkan anak plurunya, siap bersarang ditubuh ibu kera. Segerombolan kera retsebut akhirnya lari kalang kabut. Dan Seekor ibukera yang sedang menggondong anaknya pun terdiam tak bergerak, menahan sakit tusukan pluru. Dalam hitungan detik akhirnya ibukera tumbang dan terjatuh dari atas pohon.
Bergegas mereka  berlari menyambut kera yang sudah ditaklukkan. Kera yang kesakitan dikelilingi oleh pera pemuda. Terlihat mengigil menahan rasa  sakit, dengan sangat erat ibu kera memeluk anak yang digendongnya, seakan dia tidak mau melepaskannya. Diiringi dengan tetesan air mata yang membasahi pipinya. Terharu para pemuda melihat keajaiban yang mereka saksikan. Kasih sayang ibu kera terhadap anaknya tetap dipertahankan walaupun nyawanya tinggal diujung ubun-ubun.
Kisah yang singkat memberikan sedikit gambaran betapa besarnya kasih sayang ibu kera terhadap anaknya. Bila dibandingkan dengan ibuku selaku manusia yang diberikan akal dan hati, sudah pasti kasihsayangnya akan jauh melebihi kasih sayng seekor ibukera. Segala kebutuhanku dipenuhinya, seluruh kemauanku diturutinya. Namun terkadang aku lupa dengan segala kebaikan yang diberikan kepadaku.
Dari ngabar hingga ke mesir kebutuhanku telah dipenuhi, namun belum ada sedikitpun balasan yang aku berikan kepadanya. Keikhlasanya dan harapan kepadakulah  yang menghapus segala keletihannya. Ibu berharap aku jadi anak yang soleh, ibu berharap aku menjadi orang berguna bagi masyarakat, ibu berharap aku menjadi anak yang dapat mengangkat derajat orangtuaku di depan Allah dan manusia. Sungguh amanat sangat besar, telah  ibu titipikan dipundakku, namun terkadang aku lalai akan tanggung jawab itu. Tanggung jawab sebagai mahasisiwa Azhar, yang semua orang mengira aku rajin belajar, orang mengira aku ahli dalam segalah hal agama, orang mengira aku selalu berada dalam hal kebaikan, namun kenyataannya banyak hal yang telah ku slewengkan, banyak waktu telah kuhambur-hamburan, ratusan dolar telah kuhabiskan. perkiraan orang-orang sungguh jauh dari kenyataan. Aku  malu padamu ibu, aku malau pada teman-tenmanku aku malu pada semua orang yang mengira aku rajin belajar dan selalu dalam hal kebaikan.
Cita-cita yang ku tulis di agenda, terkadang hilang terlupakan. Tujuan yang ku  harapkan kini hilang begitu saja. Seharusnya jutaan jalan sudah ku lewati, puluhan bahkan ratusan buku telah kita baca, seharusnya aku juga sudah menyelesaikan Lcku, namun aku  hanya terdiam ditempat tak bergerak. Telah kusia-siakan ribuan kesempatan yang ada di depan mataku. Sungguh aku berada di sumber ilmu namun sedikit sekali aku mencarinya.
bersyukurku kepada Allah yang memberiku sebuah nimat yang berharga, sehingga aku bisa mencicipi belajar di universitas Islam tertuadi dunia. Ribuan orang diluar sana ingin sekali merasakannya, namun tiada daya untuk mencapainya. Aku  yang sudah berada di dalamnya alangkah dholimnya bila diriku menyia-nyiakan hal yang mulia ini.
Sungguh betapa gembiranya kawan-kawanku yang bersungguh-sungguh belajar di bumi para nabi ini. Di saat kuliah tiba, mereka hadir berdesak-desakan untuk mendengarkan pelajaran dari doctor, disaat talaqi mereka hadir belum puas ingin menambah ilmu, di organisasi mereka aktif didalamnya, di saat berlibur mereka juga pandai memanfaatkan waktunya.
Menjadi mahasisiwa tauladan yang ku inginkan, membahagiakan orangtua yang kuharapkan, membangun negriku Indonesia yang kucita-citakan, menjunjung tinggi nilai agama islam yang kuperjuangkan.

Share this article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2010-2011 Terus Belajar All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.